Sunday 20 April 2014

KARTINI



KARTINI



Siapa yang tidak kenal Kartini? Pahlawan emansipasi wanita di Indonesia , Raden Ajeng (R.A) Kartini bahkan juga dijuluki Pendekar kaum wanita Indonesia. Yang Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964 di tetapkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Indonesia.
Lahir di Jepara 21 april 1879 Putri dari Bupati Jepara. Yaitu Raden Mas Adipati Ario  Sosrodiningrat dengan Ibu Ngasirah. Berdasarkan leluhur Raden Mas Adipati Ario (R.M.A.A) Sosrodiningrat adalah Putra dari pangeran Condronegoro (Bupati Kudus tahun 1825- 1841). Kakek Kartini inilah yang memberikan pendidikan modern dengan menyekolahkan Bapak dan paman-paman kartini ke sokolah dasar eropa yang ada saat itu. Jadi Boleh dikata putra –putra Pangeran Condronegoro merupakan generasi awal dari rakyat jawa yang menerima pendidikan barat serta menguasai bahasa belanda dengan Sempurna. Adapum mereka adalah :
1.      Pangeran Ario hadiningrat, Bupati Demak (1873)
2.      Raden Mas Adipati Ario Condronegoro, Bupati Kudus
3.      Raden Masi Ario Sosrodiningrat, Bupati Jepara (ayahnya)

Ayah serta paman-paman kartini suka sekali menulis. Sehingga dalam hal ini pula Kartini mewarisi watak para leluhurnya.
R.A Kartini wafat tanggal 13 September 1904 di Rembang, Jawa tengah pada usia masih cukup muda, 25 tahun. Rembang adalah di mana beliau tinggal karena di peristri Bupati Rembang K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat. Yaitu menikah tangal 12 November 1903.


Bukan Tanpa sebab kartini di anugrahi Sebagai salah satu pahlawan Indosesia. Tentunya tentang kesetaraan gender antara Wanita dan Pria. Karena Gagasan-gagasan beliu yang beliu tulis dalam surat-suratnya. Salah satunya Kartini menulis nota tentang pendidikan bangsanya, berjudul, “Berikan Orang Jawa Pendidikan”, yang di tulis atas permintaan Mr. J .Slingenberg, tertanggal Jepara, Januari 1903, yang sekaligus Nota kepada Pemerintah Jajahan Hindia belanda. Nota itu berisi antara lain, “Anjuran perbaikan pendidikan calon-calon pegawai pamong praja, jaksa dan guru. Sistem magan dalam kepegaiwaian harus dihapuskan serta penghargaan perlu di dasarkan pada kapasiteit dan tidak pada ancienteit. Berikan kesempatan kepada pemuda-pemuda yang giat dan cerdas untuk meneruskan pelajaran ke perguruan-perguruan tinggi. Kemajuan kaum wanita adalah factor penting bagi peradaban bangsa, maka perlu didirikan sekolah-sekolah tempat pendidikan mereka. Bukannya pendidikan intelektual saja, tetapi juga pendidikan watak dan susila. Pendidikan dilakukan di sekolah dan lingkungan keluarga, maka kaum ibu mempunyai panggilan suci dalam lapangan pendidikan.” (Prof. Sartono kartodirjo, “Beberapa fatsal dari Historiografi Indonesia”, hlm 158).
Karena pada masa kartini saat itu wanita bila sudah menginjak umur 12 tahun harus di pinggit (atau tidak boleh keluar rumah/lingkungan rumah) selagi menungu masa penantian untuk di nikahkan –adat Jawa, sistem dimana waktu hidup Kartini hingga pertengahan abad ke- 20 ini masih berlaku di Indonesia.
 Kepada para sahabat-sahabatnya kartini selalu berkirim surat, dan sepeninggal beliau tepatnya 8 tahun kemudian 1911 surat-surat beliau di bukukan oleh Mr. JH.abendanon.Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda. Buku itu diberi judul Door Duisternis tot Licht yang arti harfiahnya "Dari Kegelapan Menuju Cahaya". Buku ini dicetak sebanyak lima kali, dan pada cetakan terakhir terdapat tambahan surat Kartini.
Sahabat-sahabat beliau yang pernah di kirimi surat oleh kartini adalah:
1.      Nona estella H. Zeehandelaar (Sahabat kartini dari Nederland-belum pernah bertatap muaka).
2.      Nyonya M. C.E Ovick Soer, adalah Nyonya Asisten residen Jepara.
3.      Prof Dr G.K Anton beserta Nyonya di Jena, Jerman yang pernah Singgah ke Pulau Jawa serta singgah ke Jepara.
4.      Nyonya H.G de Booij Boissevin sahabat karib.
5.      H.H Van Kol dan Istri, seorang anggota parlemen Belanda (Tweede kamer 1897-1909) yang dating mengunjungi Jepara 10902.
6.      Mr. Dr J.H Abendanon Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda.
7.      E.C Abendanon putra Mr Abendanon

Sebenarnya pada mulanya Mr Abendanon ingin menarik perhatian dan meminta para cendikiawan dan pendidik untuk mendirikan sekolah buat gadis-gadis bumiputra seperti yang di idam-idamkan kartini. Karena itukah Surat-surat Kartini di susun sesuai versi orisionalnya. Tentunya  Mr . JH Abendanon menghubungi para sahabat-sahabat yang pernah Kartini kirimi surat. Di luar dugaan Mr. JH Abendanon ternyata buku yang disusun berdasarkan surat-surat kartini ini laris dan di puji-puji banyak orang karena bahasa dan kelembutannya.
Pada Tahun 1912 para  cendikiawan, pendidik, sosiolog, bangsawan dan peminat-peminat kebudayaan dari belanda sepakat mendirikan “Kartini Fond” di Den Haag. Hingga pada tahun 1913 di Semarang Sekolah Kartini pertama di dirikan. Kemudian di Susul Jakarta, Malang, Bogor.
Bila di bandingkan di waktu kartini bersekolah, dengan sesudah berdirinya sekolah-sekolah Kartini, maka tanpak perbedaan yang memperlihatkan betapa besar pengaruh ide-ide yang dilontarkan Kartini melalui Surat-surat harapannya.
                Menurut Armin Pane (Pujangga sastra Indonesia) yang menulis “Kata pembimbing”nya dalam terjemahan , Door Duisternis tot Lichtyang diterjemahkan “Habis gelap terbitlah terang”,jumlah gadis-gadis yang bersekolah di zaman Kartini dapat di liahat dengan angka-angka sebagai berikut: Dalam tahun 1897 di sekolah “kelas dua” di pulau Jawa dan Madura terdapat 713 orang gadis. Dalam tahun 1898 di semua sekolah swasta di seluruh Indonesia ada 2891 orang gadis. Dalam tahun 1898 di sekolah pemerintah Di Pulau Jawa (berbahasa belanda), hanya 11 orang gadis.
                Hasrat untuk bersekolah para gadis menanjak dengan cepat bersamaan dengan tersebarnya benih-benih modernisasi seperti yang di dambakan kartini siang dan malam. Jurang waktu pembatasnua berlangsung kurang dari 20 tahun.
Untuk pembandingnya murid-murid putrid yang bersekolah sejak masa kartini hidup dan sesudahnya antara tahun 1933/1934. Banyaknya gadis-gadis Indonesia yang bersekolah :
  1. Sekolah dasar, vervolg, kelas dua: Sekolah Gubermen (338.908 orang). Sekolah Gemeente (1.590 orang) dan sekolah bersubsidi 966.311 orang). Total 456.809 orang.
  2. Sekolah belanda, HCS, HIS dan Schakelschool : sekolah Gubermen (17.081 orang); sekolah Gemeente (345 orang), dan sekolah bersubsidi (9.352 orang). Total 26.778 orang.
  3. Mulo dan Sekolah Menengah : Mulo (1.235 orang); HBS 3 tahun (41 orang); HBS 5 tahun (128 orang), dan AMS (64 orang). Total 1.468 orang. (Suryanto Sosroatmojo, “Tragedi Kartini”, hlm 80)

Di masa Kartini, belu ada seorangpun  gadis pribumi yang memegang jabatan-jabatan tinggi, baik dalam pemerintahan maupun kantor-kantor, atau yang bertitel Kesarjanaan. Di tahun 1938 telah ada ahli-ahli hokum wanita kita, seprti Mr Laily Rusad, Mr Sti Soendari, Mr Maria Ulfa Santoso. “ Suryanto Sosroatmojo,”ibid, hlm 81).
Demikianlah perjuangan yang telah ditorehkan Kartini melalui surat-surat dan tulis-tulisnya. Yang ingin kaumnya (wanita) tetap dapat belajar (sekolah) dan mempuanyai persamaan derajat dengan Pria.

Penulis
Jepara 20 April 2014

Daftar pustaka:
Suryanto Sosroatmojo, “Tragedi Kartini”, Narasi , Yogyakarta, 2005
http://mostlimb.wordpress.com