KARTINI
Siapa
yang tidak kenal Kartini? Pahlawan emansipasi wanita di Indonesia , Raden Ajeng
(R.A) Kartini bahkan juga dijuluki Pendekar kaum wanita Indonesia. Yang
Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964 di tetapkan
sebagai Pahlawan Kemerdekaan Indonesia.
Lahir
di Jepara 21 april 1879 Putri dari Bupati Jepara. Yaitu Raden Mas Adipati
Ario Sosrodiningrat dengan Ibu Ngasirah.
Berdasarkan leluhur Raden Mas Adipati Ario (R.M.A.A) Sosrodiningrat adalah
Putra dari pangeran Condronegoro (Bupati Kudus tahun 1825- 1841). Kakek Kartini
inilah yang memberikan pendidikan modern dengan menyekolahkan Bapak dan
paman-paman kartini ke sokolah dasar eropa yang ada saat itu. Jadi Boleh dikata
putra –putra Pangeran Condronegoro merupakan generasi awal dari rakyat jawa
yang menerima pendidikan barat serta menguasai bahasa belanda dengan Sempurna.
Adapum mereka adalah :
1.
Pangeran Ario hadiningrat, Bupati Demak
(1873)
2.
Raden Mas Adipati Ario Condronegoro,
Bupati Kudus
3.
Raden Masi Ario Sosrodiningrat, Bupati
Jepara (ayahnya)
Ayah serta paman-paman
kartini suka sekali menulis. Sehingga dalam hal ini pula Kartini mewarisi watak
para leluhurnya.
R.A
Kartini wafat tanggal 13 September 1904 di Rembang, Jawa tengah pada usia masih
cukup muda, 25 tahun. Rembang adalah di mana beliau tinggal karena di peristri
Bupati Rembang K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat.
Yaitu menikah tangal 12 November 1903.
Bukan
Tanpa sebab kartini di anugrahi Sebagai salah satu pahlawan Indosesia. Tentunya
tentang kesetaraan gender antara Wanita dan Pria. Karena Gagasan-gagasan beliu
yang beliu tulis dalam surat-suratnya. Salah satunya Kartini menulis nota
tentang pendidikan bangsanya, berjudul, “Berikan Orang Jawa Pendidikan”, yang
di tulis atas permintaan Mr. J .Slingenberg,
tertanggal Jepara, Januari 1903, yang sekaligus Nota kepada Pemerintah Jajahan
Hindia belanda. Nota itu berisi antara lain, “Anjuran perbaikan pendidikan
calon-calon pegawai pamong praja, jaksa dan guru. Sistem magan dalam
kepegaiwaian harus dihapuskan serta penghargaan perlu di dasarkan pada
kapasiteit dan tidak pada ancienteit. Berikan kesempatan kepada pemuda-pemuda
yang giat dan cerdas untuk meneruskan pelajaran ke perguruan-perguruan tinggi. Kemajuan
kaum wanita adalah factor penting bagi peradaban bangsa, maka perlu didirikan
sekolah-sekolah tempat pendidikan mereka. Bukannya pendidikan intelektual saja,
tetapi juga pendidikan watak dan susila. Pendidikan dilakukan di sekolah dan
lingkungan keluarga, maka kaum ibu mempunyai panggilan suci dalam lapangan
pendidikan.” (Prof. Sartono kartodirjo,
“Beberapa fatsal dari Historiografi Indonesia”, hlm 158).
Karena
pada masa kartini saat itu wanita bila sudah menginjak umur 12 tahun harus di
pinggit (atau tidak boleh keluar rumah/lingkungan rumah) selagi menungu masa
penantian untuk di nikahkan –adat Jawa, sistem dimana waktu hidup Kartini
hingga pertengahan abad ke- 20 ini masih berlaku di Indonesia.
Kepada para sahabat-sahabatnya kartini selalu
berkirim surat, dan sepeninggal beliau tepatnya 8 tahun kemudian 1911
surat-surat beliau di bukukan oleh Mr. JH.abendanon.Menteri Kebudayaan, Agama, dan
Kerajinan Hindia Belanda. Buku itu diberi judul Door
Duisternis tot Licht yang arti harfiahnya "Dari Kegelapan Menuju
Cahaya". Buku ini dicetak sebanyak lima kali, dan pada cetakan terakhir
terdapat tambahan surat Kartini.
Sahabat-sahabat beliau yang pernah di kirimi surat oleh
kartini adalah:
1.
Nona estella H. Zeehandelaar
(Sahabat kartini dari Nederland-belum pernah bertatap muaka).
2.
Nyonya M. C.E Ovick Soer, adalah
Nyonya Asisten residen Jepara.
3.
Prof Dr G.K Anton beserta Nyonya di
Jena, Jerman yang pernah Singgah ke Pulau Jawa serta singgah ke Jepara.
4.
Nyonya H.G de Booij Boissevin
sahabat karib.
5.
H.H Van Kol dan Istri, seorang
anggota parlemen Belanda (Tweede kamer 1897-1909) yang dating mengunjungi
Jepara 10902.
7.
E.C Abendanon putra Mr Abendanon
Sebenarnya
pada mulanya Mr Abendanon ingin menarik perhatian dan meminta para cendikiawan
dan pendidik untuk mendirikan sekolah buat gadis-gadis bumiputra seperti yang
di idam-idamkan kartini. Karena itukah Surat-surat Kartini di susun sesuai
versi orisionalnya. Tentunya Mr . JH Abendanon
menghubungi para sahabat-sahabat yang pernah Kartini kirimi surat. Di luar
dugaan Mr. JH Abendanon ternyata buku yang disusun berdasarkan surat-surat
kartini ini laris dan di puji-puji banyak orang karena bahasa dan
kelembutannya.
Pada
Tahun 1912 para cendikiawan, pendidik,
sosiolog, bangsawan dan peminat-peminat kebudayaan dari belanda sepakat
mendirikan “Kartini Fond” di Den Haag. Hingga pada tahun 1913 di Semarang
Sekolah Kartini pertama di dirikan. Kemudian di Susul Jakarta, Malang, Bogor.
Bila
di bandingkan di waktu kartini bersekolah, dengan sesudah berdirinya
sekolah-sekolah Kartini, maka tanpak perbedaan yang memperlihatkan betapa besar
pengaruh ide-ide yang dilontarkan Kartini melalui Surat-surat harapannya.
Menurut
Armin Pane (Pujangga sastra Indonesia) yang menulis “Kata pembimbing”nya dalam
terjemahan , “Door Duisternis
tot Licht”
yang
diterjemahkan “Habis gelap terbitlah terang”,jumlah gadis-gadis yang
bersekolah di zaman Kartini dapat di liahat dengan angka-angka sebagai berikut:
Dalam tahun 1897 di sekolah “kelas dua” di pulau Jawa dan Madura terdapat 713
orang gadis. Dalam tahun 1898 di semua sekolah swasta di seluruh Indonesia ada
2891 orang gadis. Dalam tahun 1898 di sekolah pemerintah Di Pulau Jawa
(berbahasa belanda), hanya 11 orang gadis.
Hasrat
untuk bersekolah para gadis menanjak dengan cepat bersamaan dengan tersebarnya
benih-benih modernisasi seperti yang di dambakan kartini siang dan malam.
Jurang waktu pembatasnua berlangsung kurang dari 20 tahun.
Untuk pembandingnya
murid-murid putrid yang bersekolah sejak masa kartini hidup dan sesudahnya antara
tahun 1933/1934. Banyaknya gadis-gadis Indonesia yang bersekolah :
- Sekolah dasar, vervolg, kelas dua: Sekolah Gubermen (338.908 orang). Sekolah Gemeente (1.590 orang) dan sekolah bersubsidi 966.311 orang). Total 456.809 orang.
- Sekolah belanda, HCS, HIS dan Schakelschool : sekolah Gubermen (17.081 orang); sekolah Gemeente (345 orang), dan sekolah bersubsidi (9.352 orang). Total 26.778 orang.
- Mulo dan Sekolah Menengah : Mulo (1.235 orang); HBS 3 tahun (41 orang); HBS 5 tahun (128 orang), dan AMS (64 orang). Total 1.468 orang. (Suryanto Sosroatmojo, “Tragedi Kartini”, hlm 80)
Di
masa Kartini, belu ada seorangpun gadis
pribumi yang memegang jabatan-jabatan tinggi, baik dalam pemerintahan maupun
kantor-kantor, atau yang bertitel Kesarjanaan. Di tahun 1938 telah ada
ahli-ahli hokum wanita kita, seprti Mr Laily Rusad, Mr Sti Soendari, Mr Maria
Ulfa Santoso. “ Suryanto Sosroatmojo,”ibid,
hlm 81).
Demikianlah
perjuangan yang telah ditorehkan Kartini melalui surat-surat dan
tulis-tulisnya. Yang ingin kaumnya (wanita) tetap dapat belajar (sekolah) dan
mempuanyai persamaan derajat dengan Pria.
Penulis
Jepara
20 April 2014
Daftar pustaka:
Suryanto
Sosroatmojo, “Tragedi Kartini”, Narasi ,
Yogyakarta, 2005
http://mostlimb.wordpress.com
No comments:
Post a Comment